mOnY's Cozy Space

Monday, December 19, 2005

The Last Waltz --(in Indonesian)

Mohon duduk manis, masalahnya mang Ucup mo ngedongeng neh, dan sebaiknya
disediakan tisue & ember buat air mata

The Last Waltz

Nama saya Lily , kami tinggal di sebuah kota kecil di Menado. Sejak muda
Ibu saya senang sekali menari, oleh sebab itulah ketika hari
perkawinannya ayah memohon agar tarian yang terakhir diberikan hanya
untuk dia seorang, maka dari itulah lagu pertama pada saat mereka menari
adalah "The Last Waltz"
dari Engelbert Humperdinck, dan rupanya ini benar-benar menjadi
kenyataan, karena beberapa bulan kemudian pada saat ibu melahirkan saya,
ibu meninggal dunia.

Daddy - begitulah panggilan saya terhadap ayah. Karena kasihnya kepada
ibu, Daddy tidak pernah mau menikah lagi. Saya dibesarkan hanya oleh
Daddy dan nenek saya, dan setiap malam Natal sudah merupakan tradisi
bagi Daddy untuk selalu mengalunkan lagu kesayangannya "The Last Waltz",
sambil mengingat ibu. Ketika saya berusia lima tahun, Daddy mengajar
saya menari waltz.

Sejak saat itu, setiap malam Natal, kami menari waltz berdua. Pada hari
ulang tahun saya yang kedua belas, yang bertepatan dengan malam tahun
baru, Daddy memberikan kepada saya hadiah berupa long dress warna merah,
dan kami berdua menari waltz bersama.

Pada saat tersebut, saya benar-benar merasa seperti juga Sang Putri
dalam kisah Cinderella yang sedang menari dengan Sang Pangeran. Daddy
mengasihi saya sehingga hampir semua permohonan saya selalu dikabulkan
olehnya, ia benar-benar mengabdikan hidupnya hanya untuk saya seorang.

Seharian Daddy harus bekerja di kantor, jadi satu-satunya yang
membimbing saya di rumah adalah Nenek, hal ini mengakibatkan saya
terlibat pergaulan bebas, dan akhirnya mulai ketagihan narkoba. Hampir
setiap hari saya pulang ke rumah setelah jauh malam.

Walaupun demikian Daddy selalu menunggu kedatangan saya dengan sabar, ia
baru bisa tidur setelah saya berada di rumah kembali. Bahkan pada malam
Natal yang terakhirpun, saya lebih senang merayakannya di diskotik
bersama dengan anak-anak muda lainnya daripada bersama dengan Daddy, di
situlah untuk pertama kalinya saya melihat Daddy mengeluarkan air mata.

Karena kebutuhan saya akan narkoba semakin meningkat, maka akhirnya saya
mencuri uang tabungan yang seyogianya untuk masa tuanya Daddy, dan
melarikan diri ke Jakarta dengan harapan di sana saya bisa mendapatkan
pekerjaan dan bisa hidup mandiri.

Pada hari-hari pertama saya tinggal numpang di rumah Om saya, dan
ternyata mencari pekerjaan di Jakarta itu tidaklah mudah, sehingga
akhirnya saya terpaksa melamar bekerja di Klab Malam "Blue Ocean"
sebagai pramuria. Kalau dahulu saya menari dengan Daddy, di sana saya
terpaksa harus menari dengan pria yang sebaya dengan Daddy, bahkan tidak
jarang di mana akhirnya saya bersedia untuk menemani mereka tidur di
hotel.

Setelah satu bulan saya berada di Jakarta, saya menerima surat dari
Daddy yang dialamatkan ke tempat kost saya, rupanya Daddy mengetahui
alamat kost saya dari Om. Dalam seminggu saya menerima tiga surat bahkan
terkadang lebih, tetapi tidak satu surat pun yang pernah saya balas,
boro-boro dibalas, dibukapun tidak. Masalahnya saya merasa malu dan
tidak berani membaca surat dari Daddy, saya merasa berdosa terhadap
Daddy, bahkan saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri.

Sudah lebih dari satu tahun saya di Jakarta, tumpukan surat yang
dikumpulkan sudah ada beberapa dus. Semuanya ini saya simpan dengan
rapi, hanya sayangnya ini hanya sekedar pajangan saja bagi saya, karena
saya tidak berani dan mau membukanya. Saya tidak ingin mengetahui bahwa
gadis kesayangannya Daddy, gadis yang sedemikian ia banggakannya, telah
menjadi seorang pramuria, seorang prostitusi, bahkan sudah menjadi
pencandu berat narkoba.

Beberapa hari sebelum Natal, saya menerima surat lagi yang ditulis
dengan tulisan tangan yang sama, dan bentuk sampul yang sama, tetapi
kali ini tidak dikirim melalui pos maupun ke alamat kost saya, melainkan
dikirim dan dititipkan secara langsung ke klab malam tempat di mana saya
bekerja. Dan ketika saya menanyakan siapa yang menitipkan surat
tersebut, ternyata dari gambaran yang diberikan adalah Daddy sendiri
yang telah khusus datang ke Jakarta untuk mengantarkan surat tersebut.

Ini kali saya sudah tidak tahan lagi untuk membukanya, dengan air mata
yang turun berlinang saya baca surat tersebut, yang isinya sebagai
berikut: "Lily my dearest beloved princess, Daddy sudah sejak lama tahu
di mana kamu bekerja, permohonan Daddy hanya satu saja: "Maukah kamu
pulang kembali ke rumah untuk menari bersama dengan Daddy ?"

Setelah membaca surat tersebut, saya langsung pulang ke tempat kost
untuk membaca ratusan surat - surat lainnya yang belum saya buka,
ternyata semua surat isinya sama, di mana hanya tertulis satu pertanyaan
saja yang ditulis dengan tangan: "Maukah Lily menari kembali bersama
dengan Daddy ?"

Hari itu juga saya langsung mengambil keputusan untuk pulang ke rumah.
Karena menjelang Natal, maka hampir semua pesawat fully book, sehingga
terpaksa saya membeli tiket dengan harga yang berkali lipat lebih
tinggi, hanya dengan satu harapan saja agar saya bisa tiba di rumah
sebelum malam Natal nanti.

Setibanya saya dirumah, saya langsung dipeluk dengan erat oleh Daddy,
air matanya turun berlinang dengan deras membasahi kepala saya. Dengan
suara terisak-isak Daddy bertanya sekali lagi: "Maukah Lily menari
kembali bersama dgn Daddy ?" Saya mengangguk sambil menjawab: "YA, tapi
apakah Daddy tahu, bahwa Lily yang sekarang ini bukanlah princess Daddy
yang dahulu lagi ? Saya adalah seorang prostitusi yang kotor, bahkan
yang telah mengidap penyakit AIDS, apakah Daddy tidak malu menerima saya
kembali, apakah Daddy tidak takut ketularan penyakit saya ?"

Daddy tidak berkata sepatah katapun juga, ia hanya pergi memutar lagu
kesayangannya "My Last Waltz", dan memeluk saya dgn penuh kasih untuk
mengajak saya menari seperti pada hari-hari Natal sebelumnya , hanya ini
kali selainnya diiringi oleh irama lagu, juga oleh tetesan air mata
yang turun berderai.

Tanpa saya ketahui, sejak Daddy ditinggal oleh saya, ia sering begadang
menunggu dan mengharapkan kedatangan saya kembali, di samping itu karena
rasa duka yang sedemikian mendalamnya, sehingga akhirnya ia jatuh sakit
kanker, dua minggu setelah Natal Daddy menghembuskan nafasnya yang
terakhir.

Rupanya ia mengetahui bahwa bahwa hari-hari terakhirnya telah mendekati,
oleh sebab itulah ia telah memaksakan diri, walaupun dalam keadaan sakit
sekalipun juga khusus untuk mengantarkan surat bagi saya ke Jakarta,
hanya untuk mewujudkan keinginannya yang terakhir dimana ia bisa
mendapatkan kesempatan sekali lagi menari dengan putri kesayangannya.
Masih terngiang-ngiang dikuping saya lirik dari lagu kesayangannya "The
Last Waltz"
.....
A little girl alone and so shy
I had the last waltz with you
Two lonely people together
I fell in love with you
The last waltz should last forever
But the love we had was goin' strong

Menjelang Natal ini, banyak sekali orang tua yang mengharapkan dan
menunggu kedatangan dari anak-anaknya. Bagaimanapun keadaan dan situasi
Anda pada saat sekarang ini, orang tua kita bisa menerima kita apa
adanya, dengan segala kelemahan maupun kelebihan kita, terlebih lagi
mereka tidak mau mengingat kesalahan-kesalahan kita di masa lampau, yang
mereka inginkan hanya satu saja ialah dapat melihat dan memeluk putera
dan puterinya kembali. Berapa lama lagi Anda akan menyuruh mereka
menunggu ? Datang dan kembalilah sebelumnya terlambat ! Kalau keadaan
tidak memungkinkan, telponlah mereka sambil mengatakan:

I love you Mom & Dad
Merry Christmast

Renungkanlah: Apabila kita manusia yang penuh dosa bisa mengasihi
sedemikian rupa, betapa lebih besar kasih Allah, sang Bapa yang tanpa
dosa dan yang tidak pernah memikirkan diri sendiri, mengasihi kita ?
(Matius 7:11)

Ya, Bayi Suci di Betlehem,
belailah kami dengan tangan-Mu yang mungil, peluklah kami dengan
lengan-Mu yang kecil, tembuslah hati kami dengan tangis-Mu yang lembut
dan manis.
Datanglah kepada kami, tinggallah bersama kami, Ya Tuhan Emmanuel Amin

PS: Apabila Anda merasa senang membaca artikel ini dan ingin men-fwd
kepada sobat-sobat lainnya, dalam hal ini mang Ucup memiliki versi
dimana artikel tersebut diatas ini, telah dibubuhi dengan background
gambar yang bagus maupun alunan musiknya, bagi mereka yang tertarik
silahkan hubungi mang Ucup per japri

0 Comments:

Post a Comment

<< Home